Kamis, 26 November 2020
Senin, 23 November 2020
Rabu, 28 Oktober 2020
Minggu, 16 Agustus 2020
Model Pembelajaran Jigsaw
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI DIMENSI TIGA
Dessi Atikah
SMAN 12
Palembang
Email: dessiatikah02@gmail.com
081273808665
The purpose of this study is to improve
mathematics learning outcomes through the jigsaw learning model. This type of
research is a Classroom Action Research (CAR) with the research subjects being
students of class XII IPA 1 SMA PGRI 2 Palembang as many as 30 students. Each
cycle in this study was carried out with the stages of action planning, action
implementation, observation, evaluation, and reflection. After applying the
jigsaw learning model mathematics learning outcomes of students experienced a
significant increase followed by an increase in student activity on all
indicators from the first cycle to the second cycle. At the beginning of the
pre-cycle students who completed only 6 students (20%) of 30 students. In Cycle
I students' learning completeness increased to 9 students (30%) but did not
reach the expected target. In cycle II there was an increase in student
learning outcomes which reached mastery to 27 students (90%).
Keywords : Classroom Action Research, Jigsaw Learning Model, Learning Outcomes.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran jigsaw. Jenis
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subyek penelitian
adalah siswa kelas XII IPA 1 SMA PGRI 2 Palembang sebanyak 30 siswa. Tiap
siklus pada penelitian ini dilakukan dengan tahapan perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Setelah diterapkan
model pembelajaran jigsaw hasil belajar matematika siswa mengalami peningkatan
yang signifikan diikuti dengan meningkatnya aktivitas siswa pada semua
indikator dari siklus pertama ke siklus ke dua. Pada awal pra siklus siswa yang
tuntas hanya 6 siswa (20%) dari 30 siswa. Pada Siklus I ketuntasan belajar
siswa meningkat menjadi 9 siswa (30%) tetapi belum mencapai target yang
diharapkan. Pada siklus II terjadi peningkatan terhadap hasil belajar siswa
yang mencapai ketuntasan menjadi 27 siswa (90%).
Kata-kata kunci:
Penelitian Tindakan Kelas, Model
Pembelajaran Jigsaw, Hasil Belajar.
PENDAHULUAN
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto 2010). Hasil belajar yang baik
dapat dicapai apabila siswa dapat mengatasi kesulitan belajar yang mereka
alami.
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah siswa kurang
berminat terhadap pelajaran matematika, siswa tidak berkonsentrasi selama
pembelajaran, rendahnya pemahaman konsep siswa, kurangnya kedisiplinan (Ardilla & Hartanto 2017). Oleh karena itu dibutuhkan model pembelajaran yang
dapat membuat siswa dapat berperan aktif dan dapat menumbuhkan minat siswa
dalam pelajaran matematika.
Pembelajaran Kooperatif merupakan
suatu model pembelajaran yang mempunyai sistem belajar dan bekerjasama secara
berkelompok yang terdiri dari 4-6 orang dengan struktur heterogen secara
kolaboratif sehingga keberhasilan belajar kelompok tergantung pada aktivitas
individual maupun aktivitas kelompok (Slavin 2009). Pembelajaran Kooperatif
memiliki keunggulan dalam pembelajaran yaitu saling ketergantungan yang
positif, adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, melibatkan siswa
dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, suasana lebih menyenangkan dan rileks,
terjalin hubungan yang hangat antar guru dan siswa, dan memiliki banyak
kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan (Isjoni 2009).
Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif, walaupun
prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif tidak berubah. Jigsaw merupakan
salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif yang cara kerjanya siswa bekerja
dalam kelompok yang dinamakan kelompok asal, lalu masing-masing 1 orang tiap
kelompok masuk ke dalam kelompok hasil yaitu kelompok baru, disana mereka
membahas soal yang diberikan guru dan dikerjakan secara diskusi kelompok.
Setelah masing-masing memahami lalu mereka kembali lagi ke kelompok asal untuk
menjelaskan materi yang dipahaminya kepada temannya (Sudrajat 2008).
Dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
guru hanya berperan sebagai fasilitator yaitu mengarahkan dan memotivasi siswa
dalam pembelajaran. Sehingga siswa lebih aktif dalam membangun pengetahuannya
dan kemampuan sendiri (Rusman 2008).
Berkaitan dengan hal itu, terdapat rendahnya hasil ulangan harian siswa
kelas XII IPA 1 SMA PGRI 2 Palembang pada materi Dimensi Tiga. Dari 30 siswa
hanya 6 siswa yang tuntas atau 20% siswa dengan nilai rata-rata 59,17. Kesulitan
siswa dalam memahami materi dimensi tiga terdiri dari 2 faktor baik internal
maupun eksternal. Faktor internal yang diduga sebagai penyebab kesulitan siswa
adalah rendah minat, bakat, dan integelensi siswa. Selain itu dari segi
eksternal, kesulitan siswa terdapat pada ketidaksesuaian model pembelajaran
yang digunakan (Novita dkk. 2018). Dengan begitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
diharapkan dapat meningkatkan proses belajar mengajar dikelas.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang menggunakan
tahapan: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan
refleksi. Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus dengan subyek 30 orang
siswa Kelas XII IPA 1 SMA PGRI 2 yang bertujuan untuk mengetahui apakah hasil
belajar matematika siswa Kelas XII IPA 1 SMA PGRI 2 Palembang dapat
ditingkatkan melalui penggunaan model pembelajaran jigsaw.
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi
dan tes. Observasi digunakan untuk mengamati segala aktivitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan model pembelajaran jigsaw.
Sedangkan tes digunakan untuk mengukur ketuntasan hasil belajar siswa.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik analisis diskriptif. Analisis data dilakukan pada saat proses pengumpulan data sedang berlangsung dan pada saat data telah terkumpul seluruhnya. Bersamaan pengumpulan data, dilakukan pula analisis data yang didapatkan. Proses ini dilakukan dengan maksud mempertajam fokus atau pokok persoalan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan pada Pra siklus dan siklus pertama, pada
penelitian tindakan kelas ini pembelajaran dengan model pembelajaran koperatif
tife Jigsaw menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas positif siswa dalam belajar Matematika. Hal itu dapat kita
lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.
Aktivitas Belajar Matematika
Siswa Siklus 1
Aktivitas Siswa |
Pertemuan Ke (%) |
Peningkatan |
|
1 |
2 |
||
Aktivitas Positif |
|||
Aktivitas Bertanya |
23% |
40% |
17% |
Menjawab Pertanyaan |
10% |
30% |
20% |
Mengajukan Pendapat |
13% |
27% |
14% |
Menanggapi Pendapat Teman |
13% |
20% |
7% |
Membantu Teman Membuat Kesimpulan |
13% |
27% |
14% |
Aktivitas dalam Diskusi |
13% |
33% |
20% |
Rata-rata |
14% |
30% |
16% |
Aktivitas Negatif |
|||
Acuh tak Acuh |
67% |
50 % |
-17% |
Mengganggu Teman |
17% |
10% |
-7% |
Sering Meminta Izin Keluar |
17% |
13% |
-4% |
Rata-rata |
34% |
24% |
- 9 % |
Dari data yang memuat aktivitas belajar siswa selama dua kali pertemuan
pada siklus I. Berikut hasil tingkat ketuntasan siswa pada siklus 1.
Tabel 2.
Ketuntasan Belajar Siswa
Siklus 1
No |
Nilai |
Jumlah Siswa |
Tingkat Ketuntasan |
Nilai Rata-rata |
1 |
< 49 |
1 |
30% |
62,17 |
2 |
50-59 |
9 |
||
3 |
60-69 |
11 |
||
4 |
70-79 |
5 |
||
5 |
80-89 |
4 |
||
Jumlah |
30 |
Pada Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 30 siswa hanya 9 siswa yang
mencapai ketuntasan belajar pada silus 1 ini dan 21 siswa lainnya belum mencapai
ketuntasan dan masih perlu bimbingan. Nilai siswa tidak menyebar merata,
sebagian besar berada pada kurang dari <70 dengan nilai rata-rata 62,17.
Maka pembelajaran pada siklus I belum
optimal dan oleh karena itu perlu ditingkatkan.
Berdasarkan hasil pengamatan dari pelaksanaan pembelajaran ditemukan
hal-hal seperti di bawah ini. 1) Penjelasan dan pelayanan guru dengan
metode Model Pembelajaran jigsaw
merupakan barang baru bagi siswa, sehingga kesiapan siswa masih kurang. 2) Minat
dan motivasi belajar meningkat walaupun masih kelihatan guru kerepotan mengatur
peran Ketua kelompok dalam kelompok diskusi atau kelompok belajar. 3) Sebagian
besar siswa kurang mengikuti jalannya diskusi, masÃh menganggap bahwa kelompoknya diwakili oleh Ketua kelomok dalam
berdiskusi. 4) Kebayakan siswa belum memahami secara baik peran masing-masing
dalam kelompoknya. 5) Masih ada anggota kelompok yang merasa ragu dalam
mengemukan pendapat.
Selanjutnya, oleh karena belum mencapai target yang ingin dicapai maka dilakukan siklus 2. Adapun informasi yang didapatkan ketika kegiatan pembelajaran yang berlangsung diantaranya tingkat aktivitas dan interaksi selama pembelajaran berlangsung sangat baik, siswa menjadi lebih kreatif dan inovatif, untuk memenuhi rasa ingin tahunya.
Tabel 3.
Aktivitas Belajar Matematika Siswa Siklus 2
Aktivitas
Siswa |
Pertemuan Ke (%) |
Peningkatan |
|
1 |
2 |
||
Aktivitas
Positif |
|||
Aktivitas Bertanya |
40% |
70% |
30% |
Menjawab Pertanyaan |
60% |
100% |
40% |
Mengajukan Pendapat |
33% |
80% |
47% |
Menanggapi Pendapat Teman |
33% |
80% |
47% |
Mencatat Kesimpulan |
60% |
100% |
40% |
Membantu Teman Membuat
Kesimpulan |
40% |
87% |
47% |
Aktivitas dalam Diskusi |
50% |
100% |
50% |
Rata-rata |
45% |
88% |
43% |
Aktivitas
Negatif |
|||
Acuh tak Acuh |
27% |
10% |
17% |
Mengganggu Teman |
40% |
7% |
33% |
Sering Meminta Izin Keluar
|
33% |
3% |
30% |
Rata-rata |
33% |
7% |
27% |
Tabel di atas, menunjukkan hal-hal keaktifan positif siswa yaitu
peningkatan secara signifikan dari siklus pertama ke siklus kedua. Peningkatan
aktivitas siswa terlihat pada semua indikator ini menunjukkan Model
Pembelajaran Jigsaw berhasil membawa ketertarikan siswa pada materi
pembelajaran dan semua aktivitas mengalami peningkatan dengan rata-rata (38%)
hal ini menunjukkan kelas dalam suasana yang hidup.
Pada tabel di atas juga terlihat, aktivitas negatif menurun secara tajam
dari (33%) menjadi (7%), hal ini
menunjukkan bahwa minat dan semangat belajar siswa terjaga. Aspek internal
nampak dengan jelas pada saat diskusi kelompok, penerimaan oleh guru dan teman
dalam bentuk kontak mata, pengetahuan, humor, dll disertai dengan kenyamanan
fisik di dalam kelas ketika berdiskusi. Hal ini sangat mendukung persepsi yang
positif dalam menghadapi tugas-tugas dengan memberikan pemahaman akan nilai
tugas, kejelasan tugas, dan kejelasan sumber.
Dari data yang memuat aktivitas belajar siswa selama dua kali pertemuan pada siklus 2. Berikut hasil tingkat ketuntasan siswa pada siklus 2.
Tabel 2.
Ketuntasan Belajar Siswa
Siklus 2
No |
Nilai |
Jumlah Siswa |
Tingkat Ketuntasan |
Nilai Rata-rata |
1 |
< 49 |
0 |
90% |
79,33 |
2 |
50-59 |
0 |
||
3 |
60-69 |
3 |
||
4 |
70-79 |
9 |
||
5 |
80-89 |
11 |
||
Jumlah |
30 |
Secara umum siklus kedua ini tampak siswa mengalami peningkatan pemahaman
materi yang dipelajari. Kemampuan siswa mengembangkan materi lebih luas tampak
dari hasil karya yang dihasilkan. Hal ini menunjukan siswa sudah memahami
bagaimana belajar dengan Model Pembelajaran Jigsaw. Berdasarkan pengamatan
terhadap aktivitas siswa belajar Matematika, maka pada siklus kedua ditemukan
hal-hal seperti berikut ini: 1) Siswa merasa lebih leluasa berinteraksi dalam kelompok
sehingga keberanian mengemukakan pendapat sudah muncul dengan baik, 2) Siswa
menyampaikan gagasan yang bervariasi sehingga dalam penentuan final yang
digunakan dalam memecahkan masalah cukup alot dan memerlukan waktu yang lebih
lama, 3) Siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran koperatif dengan Model
pembelajaran kooferatif tife Jigsaw sehingga pembelajaran sudah sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran, 4) Pemberian penghargaan kepada siswa
kelompok yang mempunyai aktivitas terbesar menumbuhkan semangat dan mendorong
terhadap penguasaan materi.
Dari data hasil penelitian ditemukan bahwa Model pembelajaran Jigsaw dapat
membuat siswa paham dan bukan hanya sekedar tahu. Seperti yang diungkapkan oleh
Lie (2004) bahwa, “pembelajaran
kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang
secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan
tanggung jawab secara mandiri”. Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu
variasi model Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dimana
setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat,
kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling
meningkatkan pemahaman seluruh anggota.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan di SMA
PGRI 2 Palembang dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan
menerapkan model pembelajaran tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran matematika khususnya tentang Dimensi Tiga. Pada awal pra siklus siswa
yang tuntas hanya 6 siswa (20%) dari 30 siswa. Pada Siklus I ketuntasan belajar
siswa meningkat menjadi 9 siswa (30%) tetapi belum mencapai target yang
diharapkan. Pada siklus II terjadi peningkatan terhadap hasil belajar siswa
yang mencapai ketuntasan menjadi 27 siswa (90%).
DAFTAR PUSTAKA
Ardilla, Ayu, and Suryo Hartanto. 2017. “Faktor Yang
Mempengaruhi Rendahnya Hasil Belajar Matematika Siswa MTs Iskandar Muda Batam.”
Pythagoras: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika 6(2):175–86.
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan
Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Jakarta:
Grasindo.
Novita, Rita, Rully Charitas Indra Prahmana, Nurul Fajri, and
Mulia Putra. 2018. “Penyebab Kesulitan Belajar Geometri Dimensi Tiga. Jurnal
Riset Pendidikan Matematika.” Jurnal Riset Pendidikan Matematika
5(1):18–29.
Rusman. 2008. Manajemen Kurikulum. Bandung: Mulia
Mandiri Press.
Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning: Teori,
Riset, Dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi,
Metode, Teknik Dan Model Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.